GAGAL JANTUNG KONGESTIF
A.
DEFINISI
Gagal jantung, sering disebut gagal jantung
kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien. (Diane C.
Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
B.
ETIOLOGI
1.
Kelainan
otot jantung
Gagal jantung paling
sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan menurunnya
kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot
mencakup atherosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot
degeneratif atau inflamasi.
-
Atherosklerosis koroner :
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokard (kematian sel jantung0 biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
-
Hipertensi sistemik/pulmonal
(peningkatan afterload): meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek hipertrofi miokard dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi
tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya terjadi gagal jantung.
-
Peradangan dan penyakit
miokardium degeneratif: berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
2.
Penyakit
jantung lain
Mekanisme
yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (misal:
stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (misal:
tamponade pericardium, perikarditis konstriktif, atau stenosis katup AV),
pengosongan jantung abnormal (missal: insufisiensi katub AV). Peningkatan
mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik
(hipertensi “Maligna”) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada
hipertrofi miokardial.
3.
Faktor
sistemik
Faktor
yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung:
a. Meningkatnya
laju metabolisme (missal: demam, tirotoksikosis), hipoksia, dan anemia
memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
b. Asidosis
(respiratorik atau metabolic) dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
c. Disritmia
jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya atau secara sekunder akibat gagal
jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
C.
TANDA
DAN GEJALA
Gejala yang muncul
sesuai dengan gejala jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dapat terjadinya
di dada karana peningkatan kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
tanda – tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan
bising akibat regurgitasi mitral.
Manifestasi kongesti
dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi .
1. Gagal
jantung kiri :
Kongesti
paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena
ventrikel kiri tak mampu memompa darah
yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
o Dispneu
Terjadi akibat
penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas.
Dapat
terjadi ortopneu. Beberapa pasien dapat
mengalami ortopnu pada
malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
o Batuk
o Mudah
lelah
Terjadi karena curah
jantung yang kurang yang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
o Kegelisahan
dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
2. Gagal
jantung kanan:
o Kongestif
jaringan perifer dan viseral.
o Edema
ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat
badan.
o Hepatomegali.
Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran
vena di hepar.
o Anorexia
dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena
dan statis vena dalam rongga
abdomen.
o Nokturia
o Kelemahan.
Grade gagal jantung
menurut New york Heart Associaion Terbagi menjadi 4 kelainan fungsional :
I.
Timbul gejala sesak
pada aktifitas fisik berat
II.
Timbul gejala sesak
pada aktifitas fisik sedang
III.
Timbul gejala sesak pada aktifitas ringan
IV.
Timbul gejala sesak pada aktifitas sangat ringan/ istirahat
D.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi
gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan
dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO : Cardiac output)
adalah fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV :
Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah
yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada
gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung,
volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup adalah
jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, tergantung pada 3 faktor: Preload (yaitu sinonim dengan Hukum
Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut jantung), kontraktilitas
(mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium), afterload (mengacu pada besarnya
tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
E.
PATHWAY
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Dapat
terdengar bunyi jantung ketiga
2. Foto
torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi pleura
yang menegaskan diagnosa CHF.
3. EKG
dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi
(jika disebabkan AMI), Ekokardiogram
4. Pemeriksaan
Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah
sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl,
Ureum, gula darah
5. Ekokardiografi
: dapat memperlihatkan dilatasi abnormal ruang-ruang jantung dan kelainan
kontraktilitas
G.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan pengobatan adalah :
1. Dukung
istirahat untuk mengurangi beban
kerja jantung.
2. Meningkatkan
kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat farmakologi.
3. Membuang
penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi
antidiuretik, diit dan istirahat.
4. Mengatasi
keadaan yang reversible, termasuk tiroksikosis, miksedema, dan aritmia
digitalisasi
5. Meningkatkan
oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui
istirahat/pembatasan aktivitas
Terapi Farmakologis :
1. Glikosida
jantung.
Digitalis,
meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi
jantung. Efek
yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume
darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema.
Dosis
dan cara pemberian digitali bergantung pada beratnya gagal jantung. Pada gagal
jantung berat dengan sesak napas hebat dan takikardi lebih dari 120/menit,
biasanya diberikan digitalis cepat. Pada gagal jantung ringan diberikan
digitalis lambat. Pemberian digitalis per oral paling sering dilakukan karena
paling aman. Dengan pemberian oral dosis biasa (pemeliharaan), kadar terapeutik
dalam plasma dicapai dalam waktu 7 hari. Pemberian secara iv hanya dilakukan
pada keadaan darurat, harus dengan hati-hati, dan secara perlahan-lahan.
2. Terapi
diuretik.
Diberikan untuk memacu
ekskresi
natrium dan air melalui
ginjal. Penggunaan
harus hati – hati karena efek
samping hiponatremia dan hipokalemia.
Pemberian diuretic bertujuan untuk mengurangi beban kerja jantung.
3. Terapi
vasodilator.
Obat-obat fasoaktif
digunakan untuk mengurangi impadansi
tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.
Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena
sehingga tekanan pengisian ventrikel
kiri dapat diturunkan.
4. Morfin,
diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, tetapi hati-hati
depresi pernapasan.
H.
PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a)
Airway
Batuk dengan atau tanpa
sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan, oksigen, dll
b)
Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur
sambil duduk atau dengan beberapa bantal
c)
Circulation :
Riwayat hipertensi, infark miokard akut, penyakit katub jantung,
anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi
jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi
juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada
pembesaran,
d)
Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
e)
Integritas ego : Ansietas,
stress, marah, takut dan mudah tersinggung
f)
Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari, diare / konstipasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari, diare / konstipasi
g)
Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema umum, dll
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi abdomen, oedema umum, dll
h)
Hygiene : Keletihan selama
aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
i)
Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
j)
Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
I.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN BESERTA
APLIKASI NOC DAN NIC
No
|
Diagnosa
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
|
·
Cardiac Pump effectiveness
·
Circulation Status
·
Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
1. Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi,
respirasi)
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3. Tidak ada
edema paru, perifer, dan tidak ada asites
4. Tidak ada
penurunan kesadaran
|
Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
4. Monitor
status kardiovaskuler
5. Monitor
status pernafasan yang menandakan gagal jantung
6. Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
7. Monitor
balance cairan
8. Monitor
adanya perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
11. Monitor
toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
13. Anjurkan
untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat
adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor
TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
6. Monitor
kualitas dari nadi
7. Monitor
adanya pulsus paradoksus
8. Monitor
adanya pulsus alterans
9. Monitor
jumlah dan irama jantung
10. Monitor
bunyi jantung
11. Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
12. Monitor
suara paru
13. Monitor
pola pernapasan abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
15. Monitor
sianosis perifer
16. Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
17. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
|
2
|
Pola
nafas tidak efektif b.d. kelemahan
|
·
Respiratory Status : Gas exchange
·
Respiratory Status : ventilation
·
Vital Sign Status
Kriteria Hasil
1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat
2. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda
tanda distress pernafasan
3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
4. Tanda tanda vital dalam rentang normal
|
Respiratory
Monitoring
1. Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti
dengkur
4. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
AcidBase Managemen
1. Monitro IV line
2. Pertahankanjalan nafas paten
3. Monitor AGD, tingkat elektrolit
4. Monitor status hemodinamik (CVP, MAP, PAP)
5. Monitor adanya tanda tanda
gagal nafas
6. Monitor pola respirasi
7. Lakukan terapi oksigen
8. Monitor status neurologi
9.
Tingkatkan
oral hygiene
|
3
|
Kelebihan volume cairan b/d
berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal,
hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
|
·
Electrolit
and acid base balance
·
Fluid
balance
Kriteria
Hasil:
1.
Terbebas
dari edema, efusi, anaskara
2.
Bunyi
nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
3.
Terbebas
dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
4.
Memelihara
tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign
dalam batas normal
5.
Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau
kebingungan
6.
Menjelaskanindikator
kelebihan cairan
|
Fluid management
1.
Timbang
popok/pembalut jika diperlukan
2.
Pertahankan
catatan intake dan output yang akurat
3.
Pasang
urin kateter jika diperlukan
4.
Monitor
hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin )
5.
Monitor
status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
6.
Monitor
vital sign
7.
Monitor
indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena
leher, asites)
8.
Kaji
lokasi dan luas edema
9.
Monitor
masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
10.
Monitor
status nutrisi
11.
Berikan
diuretik sesuai interuksi
12.
Batasi
masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130
mEq/l
13.
Kolaborasi
dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
|
4
|
Intoleransi
aktivitas b/d curah jantung yang rendah
|
·
Energy conservation
·
Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
2. Mampu
melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
|
Energy
Management
1. Observasi
adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Dorong
anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3. Kaji
adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor
nutrisi dan sumber energi tangadekuat
5. Monitor
pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6. Monitor
respon kardivaskuler terhadap
aktivitas
7. Monitor
pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
|
DAFTAR PUSTAKA
1) Corwin
Elizabeth J. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa Nike Budi Subekti,
Egi Komara Yuda, Jakarta: EGC, 2009.
2) Docterman
dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2013.
3) Maas,
Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2013.
4) Nanda
International. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata: EGC,
2009.
5) Smeltzer,
Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.